Minggu, 03 Juni 2012

TUGAS PENELITIAN


PERBEDAAN HASIL BELAJAR SAINS  SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI KELAS IX SMPN 7 KUNTO DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU.

PROPOSAL PENELITIAN


                       
OLEH      :
Y U S T I N I
NIM: 1109891

Pembimbing I
Pembimbing II






Prof. Drs. H. Mohd. Ansyar, Phd
Prof. Dr. Zulfan Saam, M.S
                                   


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012

TUGAS INDIVIDU
LANDASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

JENIS-JENIS PENELITIAN



                       

                        OLEH                                      : YUSTINI
                        NIM                                        : 1109891
                        DOSEN PENGAMPU             : Prf. Dr. ELISNA, M.Pd


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012







DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan
     A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
     B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 6
     C.Batasan Masalah ................................................................................... 7
     D. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
     E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9
     F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A.      Landasan Teori................................................................................. 10
1.      Hakekat Pembelajaran Sains di SMP. ....................................... 10
2.      Pembelajaran inkuiri ................................................................. 13
3.      Metode Pembelajaran............................................................... 16
3.1 Metode Eksperimen............................................................. 17
3.2 Metode Demonstrasi............................................................ 19
B.      Penelitian Yang Relevan .................................................................. 21
C.      Kerangka Bepikir ............................................................................. 21
D.     Hipotesis Penelitian ......................................................................... 23

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A.      Jenis Penelitian ................................................................................ 24
B.      Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 25
C.      Populasi dan Sampel ....................................................................... 26
D.     Definisi Opeasional ......................................................................... 27
E.      Desain Perlakuan ............................................................................. 32
F.       Teknik Penggumpulan Data ............................................................ 34
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................ 36 






BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
            Sebagai perwujudan cita-cita nasional, telah diterbitkan undang-undang No 20 tahun 2003 pada bab II pasal 3, menyebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat dan pemerintah. Kesemua komponen saling mendukung untuk mewujudkan tujan pendidikan itu sendiri.    
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.
Seorang guru harus mampu menguasai materi pembelajaran dan memiliki kemampuan untuk menetapkan metode yang tepat dalam pembelajaran, untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Prinsipnya adalah guru harus dapat menyesuaikan metode mengajar dengan materi pelajaran yang diberikan. Pemilihan metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa (Djamarah, 2006:7).
            Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk meberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu: 1) berpusat pada peserta didik;
2) mengembangkan kreativitas peserta didik; 3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; 4) bermuatan, nilai, etika, logika, dan
 5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam (Puskur, dalam Majid, 2008: 24). Penggunaan media  pembelaharan dapat mempermudah siswa dalam memperoleh keterampilan dan pengetahuan untuk memahami konsep – konsep pembelajaran dan saling keterkaitannya  serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah – masalah yang dihadapi.
Menurut Nuriani (2005:5) bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru – siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Peranan dan fungsi guru sangat menentukan serta mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Sejalan dengan ini Dimyati, Mujiono (2006:11), mengatakan bahwa belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan preses kognitf siswa” dengan “Stimulus dari lingkungannya”.
            Menurut Hamalik (2008: 60), siswa akan belajar secara ekonomis apabila mereka berpartisipasi dalam kegiatan  pembelajaran. Guru hanya membimbing dan megarahkan kegiatan belajar siswa dengan jalan bekerja sama dengan mereka, menyediakan lingkungan yang bermakna dan sesuai dengan minatnya, melatih mereka melaksanakan apa yang telah dipelajarinya dan menyediakan tantanga–tantangan yang mendorong mereka untuk belajar lebih maju.
            Belajar sain bagi siswa saat ini adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap, keterampilan berfikir, serta meningkatkan keterampilan motoriknya bukan sekedar usaha untuk mencari dan mengumpulkan pengetahuan tentang kehidupan makhluk hidup. Keterampilan sain juga menyangkut keterampilan dalam berkomunikasi sepeti: a) Keterampilan dalam laporan secara sistematis; b) Menjelaskan hasil percobaan dari pengamatan; c) Cara mendiskusikan hasil percobaan; d) cara membaca grafik atau tabel;
e) Keterampilan mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan yang berlatar belakang kepada hipotesis (saktiyono, 2004)
            Berdasarkan pengamatan penulis di SMP Negeri 7 Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu, proses pembelajaran kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran sain Sarana dan prasarana  di SMPN 7 Kunto Darussalam belum memadai terutama Alat-alat labor IPA. Metode dan media yang digunakan oleh tenaga pendidik tidak sesuai dengan indikator.  Tenaga pendidik masih  menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru. Metode ini memicu siswa untuk menghafal, mengakibatkan pengetahuan siswa terbatas pada ingatannya saja sehingga menimbulkan kebosanan yang dapat menghambat kreativitas siswa sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar. Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa kelas 1X SMPN 7 Kunto Darussalam Tahun Pelajaran 2011/2012  sebesar  40%  dengan KKM 60.
            Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sains di SMPN 7 Kunto Darussalam ini cendrung pada pencapaian target kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi yang optimal.
Salah satu starategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan siswa dalam belajar adalah strategi pambelajaran inkuiri. Stategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,2008). Startegi inkuiri adalah strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna (Amin, 1987). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan (Trianto, 2009). Apabila siswa belum pernah mempunyai pengalaman belajar dengan kegiatan-kegiatan inkuiri, maka diperlukan bibingan yang cukup luas dari guru. Hal inilah yang disebut dengan inkuiri.
            Pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen, siswa akan terlibat aktif melakukan percobaan sendiri, mengamati, mencatat, mengolah data, menyimpulkan hasil eksperimen dan membuat laporan. Sedangkan pembelajaran metode demontrasi guru melakukan demontrasi didepan kelas, sedangkan siswa mengamati, mencatat, mengolah data dan menyimpulkan hasil demontrasi dengan bimbingan guru.
            Dengan demikian penerapan pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen  dan demontrasi tidak hanya akan membantu siswa dalam hal memahami konsep, tetapi siswa mampu mengutarakan secara lisan maupun tulisan. Dengan kata lain siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan.  
            Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan gejala–gejala yang ada, maka penulis mencoba melakukan penelitian tentang perbedaan hasil belajar siswa kelas IX  SMPN 7 Kunto Darussalam Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan  menggunakan model pembelajaran inkuiri  melalui metode eksperimen dan demostrasi. Hal ini agar guru sains dapat mengetahui strategi pembelajaran yang sesuai untuk  diterapkan sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.  Penulis uraikan dalam tulisan yang berjudul “ Perbedaan Hasil Belajar sains Siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dan demostrasi, pada  SMP Negeri 7 kunto Darussalam  Kabupaten rokan Hulu.
B. Identifikasi Masalah
            Deri latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan permasalahan yang ada dalam pembelajaran sains di SMPN 7 Kunto Darussalam sebagai berikut:
1.      Hasil belajar siswa masih dibawah KKM yang sudah ditetapkan oleh guru yaitu 60.
2.      Mutu pendidikan masih rendah disebabkan masih banyaknya guru yang kurang atau tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
3.      Kemampuan guru mengembangkan perangkat pembelajaran yang interaktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik masih rendah. Prangkat pembelajaran yang dikembangkan guru masih bersifat  teacher centered.
4.      Proses pembelajaran sain/IPA masih didominasi oleh keaktifan guru dan siswa sebagai obyek pembelajaran, hal ini membuat siswa akan menjadi pasif sehingga siswa tidak berminat dan tidak termotivasi.
5.      Masing-masing siswa memiliki sifat karakteristik yang berbeda-beda dalam belajar, misalnya minat, gaya, motivasi, sikap ilmiah, dan lain-lain, namun belum diperhatikan oleh guru secara optimal sehingga mempengaruhi prestasi belajar sains.
6.      Guru belum menyusun bahan ajar dan LKS sebagai pedoman rincian tugas yang digunkan siswa. Bahan ajar dan LKS yang ada, khususnya mata pelajaran sains masih menonjolkan tulisan, sedikit gambar, dan belum berorentasi untuk memudahkan panguasaan materi dengan pemberian pangalaman belajar secara langsung.
7.      Siswa mengalami kesulitan mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan kehidupan nyata karena metode pembelajaran masih berpusat pada guru dengan ceramah dan Tanya jawab.
C. Batasan Masalah
            Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah, agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai tujuan, penulis membatasi masalh sebagai berikut:
1.      Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX semester satu SMPN 7 Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu.
2.      Peningkatan prestasi belajar IPA siswa dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan model inkuiri  melalui metode eksperimen dan demostrasi.
3.      Hasil belajar yang utama dinilai adalah ranah kognitif (Nasution, 2008), pada materi system pencernan makanan pada manusia.

D. Rumusan Masalah
1)   Apakah penggunaan model pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX SMP N 7 Kunto Darussalam?
2)   Apakah panggunaan model inkuiri melalui metode demonstrasi  dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX SMP N 7 Kunto Darussalam ?
3)   Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran  menggunakan meodel pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi?






E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan:
1.      Peningkatan hasil belajar siswa kelas IX SMP N 7 Kunto darussalam dengan menggunakan model inkuiri melalui metode eksperimen.
2.      Peningkatan hasil belajar siswa kelas IX SMP N 7 Kunto Darussalam dengan menggunakan model inkuiri melalui metode demostrasi.
3.      Pebedaan hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran menggunakan  menggunakan model pembelajaran inkuiri  melalui metode eksperimen dan demosntrasi

F. Manfaat penelitian
            Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1)      Siswa, dengan menggunakan model pembelajarn inkuiri melalui metode eksperimen dan demontrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami materi pelajaran khususnya sains.
2)      Guru, dapat menentukan salah satu metode yang paling baik dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
3)      Sekolah, sebagai bahan masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu di sekolah terutama pada mata pelajaran sain.
4)      Peneliti, untuk menambah ilmu pengetahuan atau wawasan yang dapat mendorong tercapainay keberhasilan pembelajaran sains.





BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teoritis

1.    Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat kemampuan aktual yang dapat diukur dari penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai usaha individu mengenai apa yang dipelajari. Proses untuk mendapatkan suatu prestasi atau hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu faktor dari dalm diri siswa atau faktor internal. Faktor internal dapat dapat meliputi fsktor fisikologis, baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman seperti kecerdasan, bakat, sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, kematangan fisik maupun psikologis. Faktor eksternal meliputi lingkungan budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fasilitas belajar. Faktor internal dan eksternal berinteraksi satu sama lain yang akhirnya mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya kualitas faktor internal dan eksternal akan menentukan pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
Hsil belajar merupakan hasil perubahan perilaku akibat proses belajar. Hasil belajar sering pula disebut dengan prestasi belajar. Prestasi belajar adalah kemampuan maksimal yang dicapai oleh seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan-pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan.

              
 Menurut  Arsyad (2009) bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.  Proses belajar itu terjadi karna adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu cirri bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pebgetahuan, keterampilan atau sikapnya.
Bloom (1956) dikutip Syaiful Sagala (2005:33) mengemukakan domain kognitif adalah berupa kemampuan intelektual yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, sintesis, dan evaluasi. Domain efektif adalah sikap, minat, emosi, nilai hidup, dan apresiasi siswa. Domain efektif meliputi lima komponen yaitu penerimaan, penanggapan, valuing, pengorganisasian, dan karakteristik nilai. Domain psikomotor adalah mengenai reaksi fisik seperti yang ditampilkan pada waktu melakukan kegiatan yang memerlukan kekuatan otot.
Hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hasil belajar menunjukkan pada prestasi, sedang prestasi belajar itu merupakan indicator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2005 : 42). Menurut  Sanjaya (2008) bahwa proses pembelajaran pada hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan, Gagni dalam  Dimiati (2006) menyatakan belajar merupakan interaksi antar ”keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan ” stimulus dan  lingkungan.”
Menurut Slameto (2003), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.  Sedangkan menurut Sardiman (2007) belajar adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.  Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses yang dialami siswa, baik ketika ia berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga.
Menurut Djamarah (2008) belajar adalah merupakan kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif dan pisikomotorik. Sadiman (2008) menyatakan belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko – fisik untuk menuju perkembangan pribadi menusia seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa ranah kognitif dan fisikomotorik.
Hasil belajar merupakan hasil proses belajar, atau proses pembelajaran. Dilihat dari sisi siswa, hasil belajar merupakan “tingkat perkembangan mental” yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra–belajar. Tingkat perkembangan mental pada seseorang, terwujud pada jenis–jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor Dimyati (2006)
Menurut Hamalik (2008) hasil belajar akan terlihat pada perubahan sikap setiap aspek, adapun aspek-aspek tersebut antara lain : (a) pengetahuan, (b) Pengertian, (c) kebiasaan, (d) keterampilan, (e) apresiasi, (f) emosional, (g) hubungan sosial, (h) jasmani, (i) etis atau budi pekerti, (j) sikap.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan upaya pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan serta nilai akhir yang diperoleh siswa setalah terjadi proses belajar mengajar yang di ikuti dengan perubahan tingkah laku dan prestasi belajar.

  2. Hakekat Pembalajaran IPA
            Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaktif dua arah antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Guru dan semua komponen pendidikan dituntut untuk menciptakan lingkungan yang mendukung proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Suprijono (2010:4), perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri yaitu: (a) sebagai tindakan rasional secara sadar dan disengaja, (b) kontiniu atau bersambungan dengan prilaku lainnya, (c) positif atau berakumulasi,(d) aktif sebagi usaha yang direncanakan dan dilakukan, (e) fungsional atau bermanfaat sebagi bekal hidup, (f) permanen atau tetap, (g) bertujuan dan terarah,(h) mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Belajar merupakan usaha yang paling vital dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar sesungguhnya pendidikan itu tidak pernah ada. Hal yang sama diungkapkan Gagne (dalam Sagala, 2010:1984) belajar adalah proses perubahan sebagai akibat dari pengalaman, artinya belajar dialami oleh siswa sendiri. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar menitik beratkan pada proses kegiatan yang didorong oleh kebutuhan yang ingin dicapai dan bukan satu tujuan (Hamlik, 2008:36). Menurut Bruner dalam Trianto (2011: 26) menyarankan agar siswa-siswa belajar melalui partisifasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, melalui eksperimen untuk memperoleh pengalaman dan menemukan prinsip itu sendiri.
  Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga pada proses. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menguasai dan memahami materi pelajaran yang diajarkannya. Guru diharapkan dapat memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk belajar dengan perencanaan pembelajaran yang matang.
   Menurut Gagne dalam Paulina Panen (2003:15) “Dalam pembelajaran terjadi serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dalam pemrosesan inpormasi terjadi antara kondisi internal dan eksternal”. Kondisi internal adalah keadaan di dalam diri individu  yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajran dan proses kognitif yang terjadi dalam individu  selama proses belajar berlangsung. Sedangkan kondisi eksternal berbagai rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Interaksi antara kondisi internal dan eksternal akan menghasilkan hasil pembelajaran.
        Gagne mengemukakan lima kategori hasil belajar yang merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang merupakan kecakapan manusia yaitu: informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan kecakapan motorik. Pembelajaran sains berkaitan dengan cara mancari tahu (inkuiri) tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip, namun dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi menyediakan berbagai alat bantu untuk mampu mempelajari sain.
    Pembelajaran merupakan fenomena yang kompleks. Setiap perbuatan belajar mengandung beberapa unsur yang sifatnya dinamis karena dapat menjadi lebih kuat atau lebih lemah. Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar terdiri dari: (1) motvasi yaitu dorongan untuk belajar, (2) bahan belajar yaitu materi  yang akan dipelajari, (3) alat bantu belajar, (4) suasana belajar yaitu lingkungan fisik dan fisiologis yang menunjang belajar (Hamalik,2008:50).
          Pembelajaran sains memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa dalam mencapai tujuan belajar di atas. Segala sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi serta sejauhmana guru dapat mengubah lingkungan, penyajian, dan perancangan pembelajaran. Pembelajaran eksplisit terdiri atas kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pemilihan pengembangan di dasarkan atas kondisi pembelajaran yang ada. Siswa diharapkan tidak hanya melakukan interaksi dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, namun juga dengan keseluruhan sumber belajar yang memungkin digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu pembelajaran diupayakan untuk memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada” apa yang dipelajari siswa” (Uno,2011:84).
    Penggunaan model pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi sesuai dengan teori tersebut. Dalam pembelajaran, siswa akan diberi kebebasan untuk mengembangkan kognitif, fisikomotor dan afektif. Siswa akan terlatih untuk belajar penemuan atau pembuktian teori dari permasalahan yang timbul, hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpulkan dengan bimbingan seorang guru.
    2. Pembelajaran Inkuiri
                Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,2009: 194). Sedangkan menurut Trianto (2011: 135) inkuiri merupakan suatu proses yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Sejalan dengan itu Gulo dalam Trianto (2011:35) mengatakan bahwa strategi inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan  analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya penuh percaya diri.
Peran guru dalam inkuiri menurut Trianto (2011: 136) adalah sebagai (1) motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir, (2) Fsilisator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan, (3) penanya, pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kretivitas siswa, membantu mereka dalam ‘menemukan’ pengetahuan baru tersebut dan menyadarkan siswa dari kekeliruan yang meraka buat, (4) administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di kelas, (5) pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan, (6) manejer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas, (7) rewarder, member penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
                 Untuk menciptakan kondisi seperti yang telah diuraikan di atas, maka peran guru sangat diperlukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu sangant diperlukan. Menurut (Dimyati: 174) pran siswa dalam inkuiri adalah (a) mengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah (b) pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian, (c) penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan, dan (d) penemu pemecahan masalah.
Jadi pembelajaran inkuiri menegaskan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperoleh merupakan hasil dari menemukan sendiri.
      Menurut Gulo dalam Trianto (2011:137), ada tujuh langkah yang diperhatikan dalam inkuiri, yaitu:
 a.Perumusan masalah.
                 Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajuakan oleh guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, dialami, dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi denagn jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu harus riil, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi membuat siswa tidak semangat, sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik jika persoalan itu dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.
 b.Menyusun hipotesis.
                   Langkah berikutnya dalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru membantu memperjelas maksudnya lebih dulu.
      c.Merancang proses kegiatan
          Siswa merancang alat dan bahan untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah yang ada.
     d. Melaksanakan kegiatan percobaan
                   Proses ini berupa kegiatan siswa untuk melakukan kegiatan percobaan dalam upaya menyelidiki suatu konsep. Kegiatan ini dapat dituntun dengan menggunakan LKS. Alat dan bahan yang akan digunakan harus disesuaikan oleh guru sebelum melakukan percobaan.


       e. Mengumpulkan data
                                Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak.
f. Menganalisis data
                                    Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk memudahkan menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam suatu tabel.
g. Mengambil kesimpulan
                                    Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesis kita diterima atau tidak. Ketujuh langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masaalah yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan baik.

3.Metode Pembelajaran
                         Menurut Sanjaya (2009:145), metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Pengertian ini mengatakan bahwa metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mangajar dikelas, baik secara individu maupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa.
       Jadi dapat disipulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini mendorong seorang guru untuk mencarai metode yang tepat dalam penyampaian materi agar dapat di serap oleh siswa dengan baik.
                        Mengajar secara efektif sangat bergantung pada peilihan dan penggunaan metode mengajar. Pemilihan metode yang kurang tepat dapat menyebabkan kelas kurang bersemangat dan kondisi siswa kurang kreatif. Sehingga dengan penerapan metode yang tepat dengan berbagai macam indicator dapat meningkatkan minat siswa pada bahan pelajaran yang disampaikan dan minat yang besar pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
3.1 Metode eksperimen
Menurut Djamarah (2002: 95) mengatakan bahwa metode eksperimen merupakan penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek atau keadaan keadaan. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum dan menarik kesimpulan dari proses yang dialami.
                                    Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterampilan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatan. Keterlibatan fisik dan mental secara emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang adapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
                                    Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka dalam kegiatan setiap siswa harus terlibat. Oleh karena itu jumlah alat dan bahan untuk percobaan harus dilengkapi. Dalam eksperimen diperlukan ketelitian dan keseriusan setiap siswa agar eksperimennya berhasil dan ditemukan bukti yang meyakinkan. Melalui metode eksperimen siswa dapat memperoleh keterampilan, pengetahuan dan  pengalaman.
                                    Kelebihan metode eksperimen menurut Djamarah (2006:84) antara lain (1) membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan dari eksperimennya sendiri dari pada informasi dari gurunya, (2) Siswa mengalami atau mangamati sendiri suatu proses sehingga siswa terhindar dari verbalisme, (3) dengan melakukan eksperimen siswa dapat memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis.
                         Walaupun demikian, metode eksperimen mempunyai kekurangan, antara lain (1) metode ini lebih sesuai untuk menyajikan  bidang-bidang sains dan teknologi, (2) pelaksanaan metode ini sering memerlukan alat dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah, (3) metode ini menuntut ketelitian dan keuletan, (4), tidak semua percobaan memberikan hasil yang diharapkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi hasil percobaan Djamarah (2006:85). Agar metode eksperimen dapat digunakan untuk proses pembelajaran dengan baik maka langkah awal yang perlu dilakukan adalah (1) menetapkan tujuan-tujuan yang akan dicapai, (2) menetapkan alat dan bahan yang diperlukan, (3) menetapkan prosedur kegiatan, (4) guru harus mengadakan uji coba terlebih dahulu sehingga dapat diketahui segala kemungkinan yang akan terjadi.
                        Setelah proses persiapan awal dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan yang meliputi (1) mengenalkan alat dan bahan eksperimen, (2) menyampaikan keselamatan kerja, (3) menyampaikan langkah-langkah kegiatan eksperimen, (4) membagi lembar kerja siswa, (6) membibing siswa melakukan eksperimen/merangkai alat, (7) membimbing siswa berdiskusi didalam kelompok masing-masing, (8) salah satu kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi (9) guru memberikan penguatan dengan membuat kesimpulan secara umum.
                       
3.2            Metode Demonstrasi
Menurut Sanjaya (2009: 150) metode demonstrasi adalah penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta peserta didik satu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Pada metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses atau kejadian kepada murid atau memperlihatkan cara kerja suatu alat kepada siswa. Sedangkan menurut Djamarah (2006: 90) metode demonstrasi dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan dan menggunakannya, komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
Berdasarkan pernyataan di atas, metode demosntrasi dapat digunakan dalam proses  pembelajaran untuk mangajarkan proses atau prosedur, mengkongkritkan informasi, dan pengembangan kemampuan melihat melalui pengamatan.
Kelebihan-kelebihan metode demonstrasi menurut Djamarah (2006: 91) adalah (1)  membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme, (2) siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, (3) proses pembelajaran lebih menarik, (4) siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukan sendiri.
    Sedangkan kekurangan metode demonstrasi adalah (1) metode demostrasi memerlukan persiapan dan perencanaan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga membuat metode ini tidak efektif lagi, (2) demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah, (3) demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional ( Sanjaya,2009: 151).
     Agar metode pembelajaran dengan metode demonstrasi ini dapat berjalan dengan baik, maka langkah awal yang perlu dilaksanakan adalah dengan mempersiapkan kegiatan yang meliputi (1) menetapkan tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir, (2) membuat garis-garis besar langkah-langkah demostrasi, (3) menetapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan serta memeriksa ketersediaan alat, (4) mengadakan uji coba terlebih dahulu sehingga dapat diketahui segala kemungkinan yang akan terjadi.
     Setelah proses persiapan kegiatan awal telah dilakukan, maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah proses pelaksanaan kegiatan yang diawali dengan :
(1) mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran (3) menyampaikan tugas-tugas yang akan dilakukan oleh siswa, (4) melakukan demontrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, suasana yang menyenangkan, meyakinkan semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa, memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi (5) mengakhiri demostrasi dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demontrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.
       Adapun langkah tindak lanjut kegiatan dalam proses demonstrasi ini meliputi kegiatan mendiskusikan hasil-hasil pengamatan dari data yang diperoleh selama kegiatan dan memberikan penguatan dengan membuat kesimpulan secara umum.
B. Penelitian yang Relevan
         Penelitian Aulia Sanova dengan judul pembelajaran inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan demostrasi ditinjau dari gaya belajar dan minat belajar siswa ternyata pembelajaran dengan metode eksperimen dan demonstrasi ternyata mendapatkan prestasi belajar kimia pada ranah kognitif dapat ditingkatkan karena metode pembelajaran ini sama-sama mempermudah siswa untuk memahami konsep pelajaran kimia.
C. Kerangka berpikir
                  Perbedaan Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi  terhadap Hasil Belajar IPA. Pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dan demostrasi pada mata pelajran IPA bertujuan untuk menjembatani konsep-konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa memahami konsep-konsep IPA dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penerapannya pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen  dan demonstrasi dapat mengaktifkan siswa, dimana siswa dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Guru tidak menjadi sumber utama dalam belajar tetapi sebagai fasilisator bagi para siswa dalam mencapai pemahaman konsep.  
                        Strategi berbasis inkuiri menuntut guru untuk melibatkan siswa melalui inkuiri sedini mungkin. Peran guru adalah menciptakan suatu masaalah, memberikan respon, membantu siswa dan memfasilitasi diskusi siswa. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, siswa terlihat secara mental maupun fisik untuk memecahkan masaalah yang diberikan guru. Dengan demikian siswa akan terbiasa bersikap ilmiah teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, menghormati pendapat orang lain dan kreatif.
                        Dalam proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri, siswa memperoleh petunjuk-petunjuk seperlunya. Petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan yang bersifat membimbing. Strategi ini terutama bagi mereka yang belum berpenglaman belajar dengan inkuiri. Pada tahap permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, lambat laun bimbingan itu dikurangi.
Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa melakukan dan mengetahuai sesuatu yang belum pernah dikenalnya. Eksperimen yang dilakukan tentunya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan metode demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan leh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkrit. Jadi demostrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran inkuiri Sanjaya (2009: 150).
                         Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengetahui strategi yang lebih beasar kontribusinya dalam meningkatkan hasil belajar antara metode eksperimen dan demonstrasi pada mata pelajaran IPA

C. Hipotesis penelitian
                         Berdasarkan permasalahan dan krangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya serta didukung oleh kajian teori yang relevan, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.        Pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar biologi kelas 1X
2.        Pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX
3.        Hasil belajar IPA yang diajar dengan metode eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPA yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi.







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
            Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperiman merupakan kajian eksperimen dan menggunakan analisis dengan bantuan statistik untuk menguji hipotesis. Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian quasi eksperimen merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh dari eksperimen berdasarkan perlakuan (treatment) terhadap suatu unit percobaan dalam batas-batas desain yang ditetapkan pada kelas eksperimen sehingga diperoleh data yang menggambarkan apa yang diharapkan. Karena penelitian bersifat eksperimen, maka penelitian ini mencoba untuk meneliti berapa besarnya pengaruh pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu.       

B. Tempat dan waktu penelitian
            Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu dengan menyesuaikan jadwal mata pelajaran IPA. Pemilihan lokasi berdasarkan atas pertimbangan bahwa karakteristik dan lingkungan sekolah tersebut telah diketahui dan mudah dimasuki oleh peneliti.
            Penelitian ini akan dilaksanakan semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 dengan tahapan sebagai berikut:
a.Tahapan persiapan
            Tahap persiapan meliputi pengajuan judul, permohonan pembimbing, pembuatan proposal, seminar proposal dan pengurusan perijinan.
b.Tahap pelaksanaan
            Tahap pelaksanaan meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan meliputi: penyusunan instrument penelitian, uji coba instrument penelitian, analisis uji coba instrument, pelaksanaan pengajaran dan pengambilan data penelitian.
c. Tahap penyelesaian
            Tahap penyelesaian meliputi analisis data, konsultasi pembimbing, dan penyusunan laporan. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Jadwal penelitian
No
Waktu
kegiatan
Bulan
April
Juli
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Peb
Maret
1
Persiapan









2
Pelaksanaan









3
Penyelesaian












C.Subjek Penelitian dan Sampel
            Sudjana (2001:6) mengungkapkan bahwa populasi adalah semua kumpulan yang lengkap dan jelas dipelajarai sifat-sifatnya sedangkan sampel adalah yang diambil dari populasi.
1.Subjek Penelitian
            Subjek penelitian  adalah seluruh objek yang mempunyai kuantitas dengan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari. Adapun populasi penelitian ini adalah siswa kelas  IX SMP Negeri 7 Kunto Darussalam  Kabupaten Rokan Hulu, yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas 1X A berjumlah 25 orang siswa  dan 1X B 25 orang siswa.
2. Sampel
            Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan karakteristik hasil belajar dan kebiasaan siswa dalam pembelajaran dengan level yang sama. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) dengan melakukan undian. Tahapan pertama dilakukan untuk melakukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a)    Menulis nama dan kelas dengan lembar kertas kecil lalu digulung.
b)   Memasukkan gulungan kertas kecil tersebut kedalam kotak undian.
c)    Mencabut dua gulungan kertas undian yang satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi untuk kelas kontrol.
Dengan melakukan langkah-langkah diatas, kelas yang terpilih sebagai kelompok eksperimen diajar dengan model inkuiri melalui metode eksperimen. Sedangkan yang terpilih sebagai kelas control diajar dengan menggunakan model inkuiri melalui metode demonstrasi.
D. Definisi Operasional
       Agar tidak terjadi perbedaan perspsi terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka disusun defenisi operasional sebagai berikut:
1.        Pembelajarn dengan model inkiri melalui metode eksperimen adalah rangkaian kegiatan pembelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari.
2.      Pembelajaran dengan model inkuiri melalui metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu.
3.      Hasil belajar adalah penguasaan konsep-konsep IPA yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran. Hasil belajar IPA pada penelitian ini diperoleh dari hasil tes (nilai akhir) yang diskor berdasarkan kebenaran konsep. Variabel ini disebut variable terikat (Y).
E. Desain Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini meliputi penyajian pembelajaran strategi inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk desain Treatmeant By Blok, yaitu terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa, dilakukan dengan melaksanakan tes pengetahuan awal dengan soal objektif sebanyak 20 butir soal. Soal disesuaikan dengan materi IPA sebelum perlakuan diberikan.
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal, ditentukan kelompok siswa dengan cara mengurutkan skor tertinggi hingga skor terendah. Penskoran dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, selanjutnya ditentukan kelompok atas yaitu 50% dari keseluruhan skor urutan tertinggi dan kelompok bawah yaitu 50% dari keseluruhan urutan terendah.
            Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel .3.2 Desain Penelitian
Kemampuan Awal
Metode eksperimen
Metode demonstrasi
Eksperimen (B1)
Kontrol (B2)
Tinggi (A1)
A1B1
A1B2
Rendah (A2)
A2B1
A2B1
Keterangan:
A1
Kemampuan Awal Tinggi
A2
Kemampuan Awal Rendah
A1B1
Hasil Belajar Melalui Pendekatan Metode Inkuiri dengan Kemampuan Awal Tinngi
A1B2 
Hasil Belajar Melalui Penggunaan Metode demonstrasi
A2B1
Hasil Belajar Melalui Pendekatan Metode eksperimen
A2B2
Hasil Belajar Melalui Penggunaan Metode demonstrasi
           
Perlakuan diberikan sebanyak 6 kali pertemuan, kemudian diadakan tes hasil belajar untuk melihat kemampuan akhir siswa. Untuk lebih jelasnya desain perlakuan penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
            Tabel. 3.3 Desain Perlakuan
Kelompok/ kelas
Strategi Pembelajaran Inkuiri
Kegiatan
Eksperimen
Metode eksperimen
1. Tes pengetahuan awal
2. Penerapan metode eksperimen:
A. Persiapan eksperimen
 (1) menetapkan tujuan-tujuan yang akan dicapai,
 (2) menetapkan alat dan bahan yang diperlukan,
(3) menetapkan prosedur kegiatan,
 (4) guru harus mengadakan uji coba terlebih dahulu sehingga dapat diketahui segala kemungkinan yang akan terjadi.
B. Pelaksanaan kegiatan :
(1)  mengenalkan alat dan bahan eksperimen,
(2) menyampaikan keselamatan kerja,
 (3) menyampaikan langkah-langkah kegiatan eksperimen,
 (4) membagi lembar kerja siswa,
(6) membibing siswa melakukan eksperimen/merangkai alat,
 (7) membimbing siswa berdiskusi didalam kelompok masing-masing,
 (8) salah satu kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi
 (9) guru memberikan penguatan dengan membuat kesimpulan secara umum.
C. Tes hasil belajar

Metode demonstrasi
1. Tes pengetahuan awal
2. Penerapan metode demonstrasi:
A. Persiapan:
(1) menetapkan tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir,
(2) membuat garis-garis besar langkah-langkah demostrasi,
(3) menetapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan serta memeriksa ketersediaan alat,
(4) mengadakan uji coba terlebih dahulu sehingga dapat diketahui segala kemungkinan yang akan terjadi.
B.  pelaksanaan kegiatan :
(1) mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan,
(2) menyampaikan tujuan pembelajaran
(3) menyampaikan tugas-tugas yang akan dilakukan oleh siswa,
(4) melakukan demontrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, suasana yang menyenangkan, meyakinkan semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa, memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi
(5) mengakhiri demostrasi dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demontrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.
(6) mendiskusikan hasil-hasil pengamatan dari data yang diperoleh selama kegiatan dan memberikan penguatan dengan membuat kesimpulan secara umum.
C. Tes hasil belajar

F. Prosedur Penelitian
    I. Tahap Persiapan
a. Perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari silabus dan sitem penilaian, Rencana Pembelajaran serta lembar kerja siswa dan hasil belajar yang dirancang oleh peneliti.
   1. Silabus dan system penilaian
              Silabus dan system penilaian merupakan acuan bagi guru dalam menyelenggarakan pembelajaran. Silabus dan system penilaian disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut maka silabus dan system penilaian mata pelajaran IPA dimulai dari identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, indikator, kegiatan pembelajaran dan penilaian yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrument, contoh instrument, alokasi waktu dan sumber belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
                        Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun untuk enam kali pertemuan dan merupakan penjabaran dari silabus. Skenario pembelajaran merupakan pedoman ataupun langkah-langkah yang dilaksanakan guru di dalam proses pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun secara sistematis berisi, standar kompetensi, kompetensi dasar,  materi pembelajaran, indicator, model dan metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang memuat kegiatan awal, inti, akhir dengan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi.
3.  LKS memuat kompetensi dasar, indikator, dan merupakan langkah-langkah kegiatan yang harus dikerjakan siswa dalam menyelesaikan massalah yang dikembengkan dalam membangun pengalamannya.
b. Tes Hasil Belajar
- Tes kemampuan awal
              Tes kemampuan awal dilakukan diawal sebelum pendekatan model inkuiri melalui eksperimen dan demosntrasi diberikan. Tes kemampuan awal dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang berisikan soal tentang sains yang dipelajarinya dikelas IX. Soal yang diberikan berbentuk objektif. Dari hasil tes tersebut akan terlihat antara siswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi dan rendah, sehingga akan memudahkan untuk melihat hasil pengembangan siswa setelah dilakukan eksperimen dan demonstrasi.
- Tes Hasil Belajar
              Tes hasil belajar dilakukan setelah pembelajaran melalui pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen pada materi listrik dinamis. Tes yang diberikan berbentuk objektif. Tes hasil belajar ini merupakan hasil data yang akan diolah untuk menjawab hipotesis pada penelitian ini.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pelaksanaan pada kelas eksperimen
          Tabel:      kegiatan kelas eksperimen
NO
Kelas
SK/KD
Waktu
Tanggal pelaksanaan
1
IX ....
3.2 Menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
6 jp

2

3.3 Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
6 jp

3





        Pada kelas eksperimen, kegiatan dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan  metode eksperimen dengan langkah-langkah:
1.      Kegiatan awal
Guru membuka pembelajaran dengan memberikan penjelasan tentang tujuan dan materi pembelajaran yang akan dipelajari dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan yang berhubungan dengan materi dan menjelaskan konsep dasar materi yang akan diajarkan.
2.      Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti terdapat langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4 -5 orang satu kelompok
b.      Guru membagi-bagikan LKS pada masing-masing kelompok
c.       Mengenalkan alat dan bahan yang diperlukan serta menjelaskan cara kerja LKS
d.      Masing-masing kelompok melakukan percobaan sesuai dengan prosedur LKS
e.       Guru membimbing siswa dalam melakukan eksperimen
f.       Masing-masing kelompok mendiskusikan hasil pengamatannya
g.      Salah satu kelompok mempresentasikan hasil eksperimen didepan kelas dan kelompok lain menanggapinya.
h.      Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari hasil percobaan
i.        Guru memberikan penjelasan jika jawaban siswa belum tepat
3.Kegiatan Penutup
a.Guru membimbing siswa membuat rangkuman
   b.Guru memberikan kuis

   b. Pelaksanaan pada kelas Kontrol

          Tabel:      kegiatan kelas kontrol
NO
Kelas
SK/KD
Waktu
Tanggal pelaksanaan
1
IX ....
3.2 Menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
6 jp

2

3.3 Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
6 jp

3






          Pada kelas kontrol, kegiatan dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan  metode demonstrasi dengan langkah-langkah:
1.      Pendahuluan
Guru membuka pembelajaran dengan memberikan penjelasan tentang tujuan dan materi pembelajaran yang akan dipelajari dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan yang berhubungan dengan materi dan menjelaskan konsep dasar materi yang akan diajarkan.
2.      Kegiatan Inti
a.       Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4 -5 orang satu kelompok
b.      mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan,
c.       Guru membagi-bagikan LKS pada masing-masing kelompok
d.      menyampaikan tugas-tugas yang akan dilakukan oleh siswa,
e.        melakukan demontrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, suasana yang menyenangkan, meyakinkan semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan meperhatikan reaksi seluruh siswa, memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi
f.        mengakhiri demostrasi dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demontrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan LKS.
g.       Masing-masing kelompok mendiskusikan tugas-tugas yang diberikan.
h.      Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain memberikan tanggapan.
i.        Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari hasil demostrasi
j.        Guru memberikan penjelasan jika jawaban siswa belum tepat
3.Kegiatan Penutup
a.Guru membimbing siswa membuat rangkuman
  b.Guru memberikan kuis

G.Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian hasil belajar adalah tes materi pelajaran IPA tes tersebut dibuat oleh peneliti yaitu berupa tes obkektif pilihan ganda. Data tersebut berskala 0 – 100. Dalam hal ini siswa yang menjawab semua soal salah dalam tes memperoleh skor 0 (nol), dan siswa yang menjawab semua soal dengan benar memperoleh skor 100.
a)      Validitas
(1)   Validitas butir soal
Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang digunakan dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besarterhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson.
Rxy =     Arikunto 2008 :75)
Keterangan:
Rxy         : Koefisen korelasi antara variable X dan variable Y, dua variable yang dikrelasikan.
X                  : Skor item
Y                  : Skor soal
N                  : Jumlah siswa



 Interpretasi untuk besarnya koefisen korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel.3.4  Kategori Validitas Butir Soal
No
Indeks Kesukaran
Klasifikasi
1
0,00 < rxy ≤ 0,20
Sangat rendah
2
0,20 < rxy ≤ 0,40
Rendah
3
0,40 < rxy ≤ 0,60
Sedang
4
0,60 < rxy ≤ 0,80
Tinggi
5
0,80 < rxy ≤ 1,00
Sangat tinggi

Kemudian untuk menentukan signifikansi korelasi dilakukan uji – t dengan rumus: t = rxy       (Sudjana, 1992: 380)
Keterangan:
t        : daya pembeda uji t
N      : Jumlah siswa
Rxy   : Koefisen korelasi

(2)   Indeks Kesukaran
Analisis indeks kesukaran bertujan untuk melihat apkah suatu soal mudah atau sukar. Indeks kesukaran diberi symbol P (proporsi). Menurut Suharsimi Arikunto (2008: 208) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
P =
Keterangan:
P   : Indeks Kesukaran
B   : Jumlah siswa yang menjawab soal benar
Js  : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel : 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
No
Indeks Kesukaran
Klasifikasi
1
0,00 < P ≤ 0,30
Sukar
2
0,30 < P ≤ 0,70
Sedang
3
0,70 < P ≤ 1,00
Mudah
(Arikunto, 2009 : 218)
  (3) Daya Pembeda
            Analisis daya, bertujuan untuk melihat kemampuan soal pembedaan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus yang digunakan untuk menentukan daya beda adalah:
D =  -  = PA - PB       (Suharsimi Ari Kunto, 2008 : 213)
Keterangan:       
 D = daya pembeda
BA = Jumlah kelompok atas yang menjawab benar
BB = Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
JA = Jumlah kelompok atas
JB = Jumlah peserta kelompok bawah
PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut:
Tabel: 3.6  Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal
No
Indeks Kesukaran
Klasifikasi
1
0,00 < D ≤ 0,19
Kurang baik
2
0,20 < D ≤ 0,29
Sedang
3
0,30 < D ≤ 0,39
Cukup baik
4
           D ≤ 0,40
Sangat Baik

       Untuk menentukan daya beda soal tes, dilakukan pembagian kelompok atas yang merupakan kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah pesera tes yang berkemampuan rendah. Kemampuan tinggi ditunjukkan dengan  perolehan skor yang tinggi dan kemampuan rendah ditunjukkan dengan skor yang rendah. Indeks daya beda didefinisikan sebagi selisih antar proporsi jawaban benar kelompok atas dengan proporsi jawaban benar kelompok bawah (Crocker dan algina 1986 dalam Sumarna Surapranata, 2004, 23-24). Pembagian kelompok dapat dilakukan dengan bermacam metode tergantung keperluannya. Menurut Kelly 1939 dan Algina 1986 dalam Sumarna surpranata (2004:24) yang palingstabil dan sensitive banyak digunakan adalah dengan menentukan 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.




b. Reliabilitas
Arikunto (2009 : 60) menjelaskan bahwa tes dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berulangkali. Reabilitas tes, berhubungan dengan ketepatan instrument tes (alat penilaian) dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian itu digunakan akan memberikan hasil yang relative sama. Reabilitas tes yang akan dicari adalah reabilitas dari butir soal uji coba yang telah memenuhi syarat indeks kesukaran dan daya beda. Untuk mencari reabilitas tes digunakan rumus Richharson (KR- 20)
Rn = ( (Si2- ∑pq)/Si2
Keterangan:
ra         = Reabilitas tes
k          = Banyaknya butir soal
P          =  Proporsi siswa menjawab benar
q           =  proporsi siswa yang menjawab salah
Si2        = Varian skor total
Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Suharsimi Arikunto adalah sebagai berikut:
Tabel. 3.7
No
Indeks Kesukaran
Klasifikasi
1
0,00 < ra ≤ 0,20
Sangat Rendah
2
0,20 < ra ≤ 0,40
Rendah
3
0,40 < ra ≤ 0,60
Sedang
4
0,60 < ra ≤ 0,80
Tinggi
5
0,80 < ra ≤ 1,00
Sangat Tinggi
G. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan  dan hasil belajar IPA. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran untuk setiap pertemuan dengan mengisi lemar pengamatan yang telah disediakan. Data tentang hasil belajar IPA siswa setelah proses pembelajaran diperoleh dengan mengumpulkan skor yang diperoleh siswa melalui tagihan yang telah direncanakan pada silabus.
H. Teknik Analisis Data
     Analisis data pada penelitian ini terdiri dari analisis data infrensial, yang digunakan untuk menguji hipotesis. Pengujian hipotesis digunakan untuk untuk mengolah data berupa angka sehingga dapat ditarik kesimpulan logis.
     Untuk menguji hipotesis digunakan analisis varian (Anava) dua jalur dengan dua variable bebas yaitu metode pembelajaran, satu variabel terikat yaitu hasil belajar.
     Untuk menguji hipotesis 1 dan 2 dapat dianalisis dengan menggunakan statistik uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan rumus Anava, baik data tes pengetahuan awal maupun data hasil belajar.
Menguji Kesamaan Dua Varians: rxy   =   
Keterangan :
Rxy  = koefisen korelasi Produk moment
 N    = Jumlah individu dalam sampel
X     = Hasil belajar metode eksperimen
Y     = Hasil belajar metode demonstrasi
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung yang diperoleh dari t tabel yang diketahui dari tabel distribusi – t, pada taraf signifikasi yang dipilih. Kriteria pengujian ini adalah Ho diterima, jika t hitung yang diperoleh lebih kecil dari t tabel artinya perbedaan yang terjadi tidak signifikan, dan jika t hitung yang diperoleh lebih besar dari t tabel artinya perbedaan yang signifikan maka Ho ditolak.

















DAFTAR RUJUKAN

Djamarah, Aswan Zain, (2006), Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta
Hamalik, Omar (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi aksara
Sanjaya, (2009), Starategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Sardiman, (2007), Interaksi dan Motivasi Belajar, Raja Grafindo Persada: Jakarta
Supri Jono, agus, (2010), Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PIKEM, Surabaya: Pustaka Pelajar.
Sagala, Syaiful, (2010), Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk membantu memecahkan problema belajar dan mengajar, Bandung: Penerbit Afabeta.
Suharsimi Arikunto, (2003: 372), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sujana, (2001: 6), Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja rosda Karya
Paul Suparno, (2001),  Teori Perkembangan Kognitif, Jean Piaget. Yogyakarta: Penerbit kanisus.
Rostiyah, (2006), Masalah-masalah Keguruan, bina Aksara: Jakarta
Nuriani, (2005), Strategi Pembelajaran Biologi: Universitas malang
Uno, Hamzah B, (2006), Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Trianto, (2011), Model-model Pembelajaran Inovatif, Jakarta: