PERBEDAAN HASIL BELAJAR
SAINS SISWA YANG DIAJAR DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI KELAS IX SMPN
7 KUNTO DARUSSALAM KABUPATEN ROKAN HULU.
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
Y U S T I N
I
NIM: 1109891
Pembimbing I
|
Pembimbing II
|
|
|
|
|
|
|
Prof. Drs. H. Mohd. Ansyar, Phd
|
Prof. Dr. Zulfan Saam, M.S
|
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
TUGAS INDIVIDU
LANDASAN TEKNOLOGI
PEMBELAJARAN
JENIS-JENIS PENELITIAN
OLEH : YUSTINI
NIM :
1109891
DOSEN
PENGAMPU : Prf. Dr. ELISNA, M.Pd
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2012
DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan
A.
Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah.............................................................................. 6
C.Batasan
Masalah ................................................................................... 7
D.
Rumusan Masalah ................................................................................ 8
E.
Tujuan Penelitian .................................................................................. 9
F.
Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori................................................................................. 10
1. Hakekat Pembelajaran Sains di SMP. ....................................... 10
2. Pembelajaran inkuiri ................................................................. 13
3. Metode Pembelajaran............................................................... 16
3.1 Metode Eksperimen............................................................. 17
3.2 Metode Demonstrasi............................................................ 19
B. Penelitian Yang Relevan .................................................................. 21
C. Kerangka Bepikir ............................................................................. 21
D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 25
C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 26
D. Definisi Opeasional ......................................................................... 27
E. Desain Perlakuan ............................................................................. 32
F. Teknik Penggumpulan Data ............................................................ 34
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................ 36
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sebagai perwujudan cita-cita
nasional, telah diterbitkan undang-undang No 20 tahun 2003 pada bab II pasal 3,
menyebutkan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antar keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Kesemua komponen saling mendukung untuk mewujudkan
tujan pendidikan itu sendiri.
Pendidikan merupakan
suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu
Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya
interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks
penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya
secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang
pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.
Seorang guru harus
mampu menguasai materi pembelajaran dan memiliki kemampuan untuk menetapkan
metode yang tepat dalam pembelajaran, untuk melaksanakan pembelajaran yang
efektif dan efisien. Prinsipnya adalah guru harus dapat menyesuaikan metode
mengajar dengan materi pelajaran yang diberikan. Pemilihan metode mengajar
merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar. Penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan materi yang akan
disampaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa (Djamarah, 2006:7).
Kegiatan
pembelajaran diarahkan untuk meberdayakan semua potensi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan
kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan
dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu: 1)
berpusat pada peserta didik;
2) mengembangkan kreativitas peserta
didik; 3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; 4) bermuatan,
nilai, etika, logika, dan
5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam
(Puskur, dalam Majid, 2008: 24). Penggunaan media pembelaharan dapat mempermudah siswa dalam
memperoleh keterampilan dan pengetahuan untuk memahami konsep – konsep
pembelajaran dan saling keterkaitannya
serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah – masalah
yang dihadapi.
Menurut Nuriani
(2005:5) bahwa proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru
– siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan belajar. Peranan dan fungsi guru sangat menentukan serta
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Sejalan dengan ini Dimyati, Mujiono (2006:11), mengatakan bahwa belajar
merupakan interaksi antara “keadaan internal dan preses kognitf siswa” dengan
“Stimulus dari lingkungannya”.
Menurut
Hamalik (2008: 60), siswa akan belajar secara ekonomis apabila mereka
berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran. Guru hanya membimbing dan megarahkan kegiatan belajar
siswa dengan jalan bekerja sama dengan mereka, menyediakan lingkungan yang
bermakna dan sesuai dengan minatnya, melatih mereka melaksanakan apa yang telah
dipelajarinya dan menyediakan tantanga–tantangan yang mendorong mereka untuk
belajar lebih maju.
Belajar
sain bagi siswa saat ini adalah usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan
sikap, keterampilan berfikir, serta meningkatkan keterampilan motoriknya bukan
sekedar usaha untuk mencari dan mengumpulkan pengetahuan tentang kehidupan
makhluk hidup. Keterampilan sain juga menyangkut keterampilan dalam
berkomunikasi sepeti: a) Keterampilan dalam laporan secara sistematis; b) Menjelaskan
hasil percobaan dari pengamatan; c) Cara mendiskusikan hasil percobaan; d) cara
membaca grafik atau tabel;
e) Keterampilan mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan yang berlatar belakang kepada hipotesis (saktiyono, 2004)
Berdasarkan
pengamatan penulis di SMP Negeri 7 Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu,
proses pembelajaran kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam
pembelajaran sain Sarana dan prasarana
di SMPN 7 Kunto Darussalam belum memadai terutama Alat-alat labor IPA.
Metode dan media yang digunakan oleh tenaga pendidik tidak sesuai dengan
indikator. Tenaga pendidik masih menggunakan metode konvensional secara
monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan
kaku dan didominasi oleh sang guru. Metode ini memicu siswa untuk menghafal,
mengakibatkan pengetahuan siswa terbatas pada ingatannya saja sehingga
menimbulkan kebosanan yang dapat menghambat kreativitas siswa sehingga
berdampak pada rendahnya hasil belajar. Rendahnya hasil belajar siswa dapat
dilihat dari ketuntasan belajar siswa kelas 1X SMPN 7 Kunto Darussalam Tahun
Pelajaran 2011/2012 sebesar 40%
dengan KKM 60.
Proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sains di SMPN 7 Kunto Darussalam ini
cendrung pada pencapaian target kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan
konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran
di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi,
biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat,
dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk
bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga
siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan
prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat
pembelajaran lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu
direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran
yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama
lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi yang optimal.
Salah satu starategi
pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan mengembangkan kemampuan siswa dalam
belajar adalah strategi pambelajaran inkuiri. Stategi pembelajaran inkuiri
adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir
secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,2008). Startegi inkuiri adalah
strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan kesempatan
untuk pembelajaran bermakna (Amin, 1987). Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil dari menemukan (Trianto, 2009). Apabila siswa belum pernah
mempunyai pengalaman belajar dengan kegiatan-kegiatan inkuiri, maka diperlukan
bibingan yang cukup luas dari guru. Hal inilah yang disebut dengan inkuiri.
Pembelajaran
inkuiri melalui metode eksperimen, siswa akan terlibat aktif melakukan
percobaan sendiri, mengamati, mencatat, mengolah data, menyimpulkan hasil
eksperimen dan membuat laporan. Sedangkan pembelajaran metode demontrasi guru
melakukan demontrasi didepan kelas, sedangkan siswa mengamati, mencatat,
mengolah data dan menyimpulkan hasil demontrasi dengan bimbingan guru.
Dengan
demikian penerapan pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dan demontrasi tidak hanya akan membantu
siswa dalam hal memahami konsep, tetapi siswa mampu mengutarakan secara lisan
maupun tulisan. Dengan kata lain siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan,
menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok
bahasan.
Bertitik
tolak dari latar belakang masalah dan gejala–gejala yang ada, maka penulis
mencoba melakukan penelitian tentang perbedaan hasil belajar siswa kelas IX SMPN 7 Kunto Darussalam Tahun Pelajaran
2011/2012 dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri melalui metode
eksperimen dan demostrasi. Hal ini agar guru sains dapat mengetahui strategi
pembelajaran yang sesuai untuk
diterapkan sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Penulis uraikan dalam tulisan yang berjudul “
Perbedaan Hasil Belajar sains Siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dan demostrasi, pada SMP Negeri 7 kunto Darussalam Kabupaten rokan Hulu.
B. Identifikasi Masalah
Deri
latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan permasalahan yang ada
dalam pembelajaran sains di SMPN 7 Kunto Darussalam sebagai berikut:
1.
Hasil belajar siswa masih dibawah KKM
yang sudah ditetapkan oleh guru yaitu 60.
2.
Mutu pendidikan masih rendah disebabkan
masih banyaknya guru yang kurang atau tidak melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran.
3.
Kemampuan guru mengembangkan perangkat
pembelajaran yang interaktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik masih rendah. Prangkat pembelajaran yang
dikembangkan guru masih bersifat teacher
centered.
4.
Proses pembelajaran sain/IPA masih didominasi
oleh keaktifan guru dan siswa sebagai obyek pembelajaran, hal ini membuat siswa
akan menjadi pasif sehingga siswa tidak berminat dan tidak termotivasi.
5.
Masing-masing siswa memiliki sifat
karakteristik yang berbeda-beda dalam belajar, misalnya minat, gaya, motivasi,
sikap ilmiah, dan lain-lain, namun belum diperhatikan oleh guru secara optimal
sehingga mempengaruhi prestasi belajar sains.
6.
Guru belum menyusun bahan ajar dan LKS
sebagai pedoman rincian tugas yang digunkan siswa. Bahan ajar dan LKS yang ada,
khususnya mata pelajaran sains masih menonjolkan tulisan, sedikit gambar, dan
belum berorentasi untuk memudahkan panguasaan materi dengan pemberian
pangalaman belajar secara langsung.
7.
Siswa mengalami kesulitan
mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan kehidupan nyata
karena metode pembelajaran masih berpusat pada guru dengan ceramah dan Tanya
jawab.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan
uraian pada identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah, agar
penelitian ini lebih terarah dan mencapai tujuan, penulis membatasi masalh
sebagai berikut:
1.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
IX semester satu SMPN 7 Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu.
2.
Peningkatan prestasi belajar IPA siswa
dengan menerapkan model pembelajaran menggunakan model inkuiri melalui metode eksperimen dan demostrasi.
3.
Hasil belajar yang utama dinilai adalah
ranah kognitif (Nasution, 2008), pada materi system pencernan makanan pada
manusia.
D. Rumusan Masalah
1) Apakah
penggunaan model pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX SMP N 7 Kunto Darussalam?
2) Apakah
panggunaan model inkuiri melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
IX SMP N 7 Kunto Darussalam ?
3) Apakah
terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran menggunakan meodel pembelajaran inkuiri melalui
metode eksperimen dan demonstrasi?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan:
1. Peningkatan
hasil belajar siswa kelas IX SMP N 7 Kunto darussalam dengan menggunakan model
inkuiri melalui metode eksperimen.
2. Peningkatan
hasil belajar siswa kelas IX SMP N 7 Kunto Darussalam dengan menggunakan model
inkuiri melalui metode demostrasi.
3. Pebedaan
hasil belajar yang signifikan antara pembelajaran menggunakan menggunakan model pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dan demosntrasi
F. Manfaat penelitian
Penelitian
ini diharapkan bermanfaat bagi:
1)
Siswa, dengan menggunakan model
pembelajarn inkuiri melalui metode eksperimen dan demontrasi dapat meningkatkan
hasil belajar siswa dalam memahami materi pelajaran khususnya sains.
2)
Guru, dapat menentukan salah satu metode
yang paling baik dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
3)
Sekolah, sebagai bahan masukan untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu di sekolah terutama pada mata pelajaran sain.
4)
Peneliti, untuk menambah ilmu
pengetahuan atau wawasan yang dapat mendorong tercapainay keberhasilan
pembelajaran sains.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Landasan Teoritis
1.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tingkat kemampuan aktual
yang dapat diukur dari penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai
usaha individu mengenai apa yang dipelajari. Proses untuk mendapatkan suatu
prestasi atau hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu faktor
dari dalm diri siswa atau faktor internal. Faktor internal dapat dapat meliputi
fsktor fisikologis, baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman seperti
kecerdasan, bakat, sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, kematangan
fisik maupun psikologis. Faktor
eksternal meliputi lingkungan budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta fasilitas belajar. Faktor internal dan eksternal berinteraksi
satu sama lain yang akhirnya mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya
kualitas faktor internal dan eksternal akan menentukan pengaruhnya terhadap
prestasi belajar.
Hsil belajar merupakan hasil perubahan perilaku
akibat proses belajar. Hasil belajar sering pula disebut dengan prestasi
belajar. Prestasi belajar adalah kemampuan maksimal yang dicapai oleh seseorang
dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan-pengetahuan atau nilai-nilai
kecakapan.
Menurut Arsyad
(2009) bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karna adanya
interaksi seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat
terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu cirri bahwa seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin
disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pebgetahuan, keterampilan atau
sikapnya.
Bloom (1956) dikutip Syaiful
Sagala (2005:33) mengemukakan domain kognitif adalah berupa kemampuan
intelektual yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, sintesis, dan
evaluasi. Domain efektif adalah sikap, minat, emosi, nilai hidup, dan apresiasi
siswa. Domain efektif meliputi lima komponen yaitu penerimaan, penanggapan,
valuing, pengorganisasian, dan karakteristik nilai. Domain psikomotor adalah
mengenai reaksi fisik seperti yang ditampilkan pada waktu melakukan kegiatan
yang memerlukan kekuatan otot.
Hasil belajar adalah keseluruhan
kegiatan yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Hasil belajar menunjukkan pada
prestasi, sedang prestasi belajar itu merupakan indicator adanya dan derajat
perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2005 : 42). Menurut Sanjaya (2008) bahwa proses pembelajaran pada
hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang
telah ditentukan, Gagni dalam Dimiati
(2006) menyatakan belajar merupakan interaksi antar ”keadaan internal dan
proses kognitif siswa” dengan ” stimulus dan
lingkungan.”
Menurut Slameto (2003), bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Sardiman (2007) belajar
adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian
kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses yang dialami siswa,
baik ketika ia berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarga.
Menurut Djamarah (2008) belajar
adalah merupakan kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan
yang menyangkut kognitif, afektif dan pisikomotorik. Sadiman (2008) menyatakan
belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko – fisik untuk menuju perkembangan
pribadi menusia seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa ranah kognitif dan
fisikomotorik.
Hasil
belajar merupakan hasil proses belajar, atau proses pembelajaran. Dilihat dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan “tingkat perkembangan mental” yang lebih
baik bila dibandingkan pada saat pra–belajar. Tingkat perkembangan mental pada
seseorang, terwujud pada jenis–jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
Dimyati (2006)
Menurut Hamalik (2008) hasil
belajar akan terlihat
pada perubahan sikap setiap aspek, adapun aspek-aspek tersebut antara lain :
(a) pengetahuan, (b) Pengertian, (c) kebiasaan, (d) keterampilan, (e)
apresiasi, (f) emosional, (g) hubungan sosial, (h) jasmani, (i) etis atau budi
pekerti, (j) sikap.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan upaya pencapaian
tujuan pembelajaran yang ditetapkan serta nilai akhir yang diperoleh siswa
setalah terjadi proses belajar mengajar yang di ikuti dengan perubahan tingkah
laku dan prestasi belajar.
2. Hakekat Pembalajaran IPA
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan
interaktif dua arah antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Guru dan semua komponen pendidikan
dituntut untuk menciptakan lingkungan yang mendukung proses perubahan tingkah
laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Suprijono (2010:4),
perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri yaitu: (a) sebagai
tindakan rasional secara sadar dan disengaja, (b) kontiniu atau bersambungan
dengan prilaku lainnya, (c) positif atau berakumulasi,(d) aktif sebagi usaha
yang direncanakan dan dilakukan, (e) fungsional atau bermanfaat sebagi bekal
hidup, (f) permanen atau tetap, (g) bertujuan dan terarah,(h) mencakup
keseluruhan potensi kemanusiaan.
Belajar merupakan usaha yang paling vital dalam
setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa
proses belajar sesungguhnya pendidikan itu tidak pernah ada. Hal yang sama
diungkapkan Gagne (dalam Sagala, 2010:1984) belajar adalah proses perubahan
sebagai akibat dari pengalaman, artinya belajar dialami oleh siswa sendiri. Dari
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah modifikasi
atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar menitik beratkan pada
proses kegiatan yang didorong oleh kebutuhan yang ingin dicapai dan bukan satu
tujuan (Hamlik, 2008:36). Menurut Bruner dalam Trianto (2011: 26) menyarankan
agar siswa-siswa belajar melalui partisifasi secara aktif dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip, melalui eksperimen untuk memperoleh pengalaman dan
menemukan prinsip itu sendiri.
Pembelajaran
tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga pada proses. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk
menguasai dan memahami materi pelajaran yang diajarkannya. Guru diharapkan
dapat memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran
yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk belajar dengan
perencanaan pembelajaran yang matang.
Menurut
Gagne dalam Paulina Panen (2003:15) “Dalam pembelajaran terjadi serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada
siswa. Dalam pemrosesan inpormasi terjadi antara kondisi internal dan
eksternal”. Kondisi internal adalah keadaan di dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
pembelajran dan proses kognitif yang terjadi dalam individu selama proses belajar berlangsung. Sedangkan
kondisi eksternal berbagai rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu
dalam proses pembelajaran. Interaksi antara kondisi internal dan eksternal akan
menghasilkan hasil pembelajaran.
Gagne mengemukakan lima kategori hasil
belajar yang merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang merupakan
kecakapan manusia yaitu: informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi
kognitif, sikap dan kecakapan motorik. Pembelajaran sains berkaitan dengan cara
mancari tahu (inkuiri) tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya
sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep
atau prinsip-prinsip, namun dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan
teknologi menyediakan berbagai alat bantu untuk mampu mempelajari sain.
Pembelajaran
merupakan fenomena yang kompleks. Setiap perbuatan belajar mengandung beberapa
unsur yang sifatnya dinamis karena dapat menjadi lebih kuat atau lebih lemah.
Unsur-unsur dinamis dalam proses belajar terdiri dari: (1) motvasi yaitu
dorongan untuk belajar, (2) bahan belajar yaitu materi yang akan dipelajari, (3) alat bantu belajar,
(4) suasana belajar yaitu lingkungan fisik dan fisiologis yang menunjang
belajar (Hamalik,2008:50).
Pembelajaran sains memiliki hakekat
perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa
dalam mencapai tujuan belajar di atas. Segala sesuatunya berarti, setiap kata,
pikiran, tindakan, dan asosiasi serta sejauhmana guru dapat mengubah
lingkungan, penyajian, dan perancangan pembelajaran. Pembelajaran eksplisit
terdiri atas kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode, untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Pemilihan pengembangan di dasarkan atas kondisi
pembelajaran yang ada. Siswa diharapkan tidak hanya melakukan interaksi dengan
guru sebagai satu-satunya sumber belajar, namun juga dengan keseluruhan sumber
belajar yang memungkin digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Oleh karena itu pembelajaran diupayakan untuk memusatkan perhatian
pada “bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada” apa yang dipelajari siswa”
(Uno,2011:84).
Penggunaan
model pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi sesuai
dengan teori tersebut. Dalam pembelajaran, siswa akan diberi kebebasan untuk
mengembangkan kognitif, fisikomotor dan afektif. Siswa akan terlatih untuk
belajar penemuan atau pembuktian teori dari permasalahan yang timbul,
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpulkan dengan
bimbingan seorang guru.
2. Pembelajaran Inkuiri
Strategi
pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,2009: 194).
Sedangkan menurut Trianto (2011: 135) inkuiri merupakan suatu proses yang
dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Sejalan dengan itu
Gulo dalam Trianto (2011:35) mengatakan bahwa strategi inkuiri merupakan suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya penuh percaya diri.
Peran guru dalam inkuiri menurut Trianto (2011: 136)
adalah sebagai (1) motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah
berpikir, (2) Fsilisator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami
kesulitan, (3) penanya, pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan
merangsang kretivitas siswa, membantu mereka dalam ‘menemukan’ pengetahuan baru
tersebut dan menyadarkan siswa dari kekeliruan yang meraka buat, (4)
administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di kelas, (5)
pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan, (6)
manejer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas, (7) rewarder,
member penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Untuk
menciptakan kondisi seperti yang telah diuraikan di atas, maka peran guru
sangat diperlukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa
sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu sangant diperlukan. Menurut (Dimyati:
174) pran siswa dalam inkuiri adalah (a) mengambil prakarsa dalam pencarian
masalah dan pemecahan masalah (b) pelaku aktif dalam belajar melakukan
penelitian, (c) penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan, dan (d) penemu
pemecahan masalah.
Jadi
pembelajaran inkuiri menegaskan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta
kemampuan-kemampuan lain yang diperoleh merupakan hasil dari menemukan sendiri.
Menurut Gulo
dalam Trianto (2011:137), ada tujuh langkah yang diperhatikan dalam inkuiri,
yaitu:
a.Perumusan masalah.
Langkah
awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau dipecahkan dengan
metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau diajuakan oleh guru. Persoalan
sendiri harus jelas sehingga dapat dipikirkan, dialami, dan dipecahkan oleh
siswa. Persoalan perlu diidentifikasi denagn jelas tujuan dari seluruh proses
pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu
diperhatikan bahwa persoalan itu harus riil, dapat dikerjakan oleh siswa, dan
sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi membuat siswa
tidak semangat, sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah mereka
ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik jika persoalan itu dengan
tingkat hidup dan keadaan siswa.
b.Menyusun hipotesis.
Langkah
berikutnya dalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara tentang
masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji apakah
jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru membantu memperjelas
maksudnya lebih dulu.
c.Merancang proses kegiatan
Siswa
merancang alat dan bahan untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah yang
ada.
d. Melaksanakan kegiatan percobaan
Proses
ini berupa kegiatan siswa untuk melakukan kegiatan percobaan dalam upaya
menyelidiki suatu konsep. Kegiatan ini dapat dituntun dengan menggunakan LKS.
Alat dan bahan yang akan digunakan harus disesuaikan oleh guru sebelum
melakukan percobaan.
e. Mengumpulkan data
Langkah selanjutnya adalah siswa
mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah
hipotesis mereka benar atau tidak.
f.
Menganalisis data
Data yang sudah
dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan hipotesis apakah benar
atau tidak. Untuk memudahkan menganalisis data, data sebaiknya diorganisasikan,
dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca dan dianalisis dengan mudah.
Biasanya disusun dalam suatu tabel.
g.
Mengambil kesimpulan
Dari data yang telah
dikelompokkan dan dianalisis, kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah
hipotesis kita diterima atau tidak. Ketujuh langkah pada inkuiri terbimbing ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha
mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masaalah yang dihadapi. Tugas
guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat
berjalan dengan baik.
3.Metode
Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2009:145),
metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal. Pengertian ini mengatakan bahwa metode pembelajaran
merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mangajar dikelas, baik
secara individu maupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap,
dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa.
Jadi
dapat disipulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini
mendorong seorang guru untuk mencarai metode yang tepat dalam penyampaian
materi agar dapat di serap oleh siswa dengan baik.
Mengajar secara efektif sangat
bergantung pada peilihan dan penggunaan metode mengajar. Pemilihan metode yang
kurang tepat dapat menyebabkan kelas kurang bersemangat dan kondisi siswa
kurang kreatif. Sehingga dengan penerapan metode yang tepat dengan berbagai
macam indicator dapat meningkatkan minat siswa pada bahan pelajaran yang
disampaikan dan minat yang besar pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi
belajar siswa.
3.1
Metode eksperimen
Menurut Djamarah (2002: 95) mengatakan bahwa metode
eksperimen merupakan penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan
dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar
mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek
atau keadaan keadaan. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri,
mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum dan menarik kesimpulan dari
proses yang dialami.
Dalam metode eksperimen,
guru dapat mengembangkan keterampilan fisik dan mental, serta emosional siswa.
Siswa mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh
hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat
tertanam dalam ingatan. Keterlibatan fisik dan mental secara emosional siswa
diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang
adapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan
kreatif.
Agar penggunaan metode
eksperimen itu efisien dan efektif, maka dalam kegiatan setiap siswa harus
terlibat. Oleh karena itu jumlah alat dan bahan untuk percobaan harus
dilengkapi. Dalam eksperimen diperlukan ketelitian dan keseriusan setiap siswa
agar eksperimennya berhasil dan ditemukan bukti yang meyakinkan. Melalui metode
eksperimen siswa dapat memperoleh keterampilan, pengetahuan dan pengalaman.
Kelebihan metode eksperimen
menurut Djamarah (2006:84) antara lain (1) membuat siswa lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan dari eksperimennya sendiri dari pada informasi dari
gurunya, (2) Siswa mengalami atau mangamati sendiri suatu proses sehingga siswa
terhindar dari verbalisme, (3) dengan melakukan eksperimen siswa dapat
memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis.
Walaupun demikian, metode
eksperimen mempunyai kekurangan, antara lain (1) metode ini lebih sesuai untuk
menyajikan bidang-bidang sains dan
teknologi, (2) pelaksanaan metode ini sering memerlukan alat dan bahan yang
tidak selalu mudah diperoleh dan murah, (3) metode ini menuntut ketelitian dan
keuletan, (4), tidak semua percobaan memberikan hasil yang diharapkan karena
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi hasil percobaan Djamarah (2006:85).
Agar metode eksperimen dapat digunakan untuk proses pembelajaran dengan baik maka
langkah awal yang perlu dilakukan adalah (1) menetapkan tujuan-tujuan yang akan
dicapai, (2) menetapkan alat dan bahan yang diperlukan, (3) menetapkan prosedur
kegiatan, (4) guru harus mengadakan uji coba terlebih dahulu sehingga dapat
diketahui segala kemungkinan yang akan terjadi.
Setelah proses persiapan awal
dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kegiatan yang meliputi
(1) mengenalkan alat dan bahan eksperimen, (2) menyampaikan keselamatan kerja,
(3) menyampaikan langkah-langkah kegiatan eksperimen, (4) membagi lembar kerja
siswa, (6) membibing siswa melakukan eksperimen/merangkai alat, (7) membimbing
siswa berdiskusi didalam kelompok masing-masing, (8) salah satu kelompok akan
mempresentasikan hasil diskusi (9) guru memberikan penguatan dengan membuat
kesimpulan secara umum.
3.2 Metode Demonstrasi
Menurut
Sanjaya (2009: 150) metode demonstrasi adalah penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta peserta didik satu proses,
situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Pada
metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses atau kejadian kepada murid
atau memperlihatkan cara kerja suatu alat kepada siswa. Sedangkan menurut
Djamarah (2006: 90) metode demonstrasi dapat digunakan untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur
sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan
dan menggunakannya, komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara
dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
Berdasarkan
pernyataan di atas, metode demosntrasi dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk mangajarkan proses atau
prosedur, mengkongkritkan informasi, dan pengembangan kemampuan melihat melalui
pengamatan.
Kelebihan-kelebihan
metode demonstrasi menurut Djamarah (2006: 91) adalah (1) membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan
lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme, (2) siswa lebih mudah memahami
apa yang dipelajari, (3) proses pembelajaran lebih menarik, (4) siswa
dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan,
dan mencoba melakukan sendiri.
Sedangkan kekurangan metode demonstrasi
adalah (1) metode demostrasi memerlukan persiapan dan perencanaan yang lebih
matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga
membuat metode ini tidak efektif lagi, (2) demonstrasi memerlukan peralatan,
bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah, (3) demonstrasi
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut
untuk bekerja lebih professional ( Sanjaya,2009: 151).
Agar metode pembelajaran dengan metode
demonstrasi ini dapat berjalan dengan baik, maka langkah awal yang perlu
dilaksanakan adalah dengan mempersiapkan kegiatan yang meliputi (1) menetapkan
tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir, (2)
membuat garis-garis besar langkah-langkah demostrasi, (3) menetapkan alat-alat
dan bahan yang akan digunakan serta memeriksa ketersediaan alat, (4) mengadakan
uji coba terlebih dahulu sehingga dapat diketahui segala kemungkinan yang akan
terjadi.
Setelah proses persiapan kegiatan awal
telah dilakukan, maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah proses
pelaksanaan kegiatan yang diawali dengan :
(1) mengatur tempat duduk
yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang
didemonstrasikan, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran (3) menyampaikan
tugas-tugas yang akan dilakukan oleh siswa, (4) melakukan demontrasi dengan
kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, suasana yang
menyenangkan, meyakinkan semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan
memerhatikan reaksi seluruh siswa, memberikan kesempatan pada seluruh siswa
untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari
proses demonstrasi (5) mengakhiri demostrasi dengan memberikan tugas-tugas
tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demontrasi dan proses pencapaian
tujuan pembelajaran.
Adapun langkah tindak lanjut kegiatan
dalam proses demonstrasi ini meliputi kegiatan mendiskusikan hasil-hasil
pengamatan dari data yang diperoleh selama kegiatan dan memberikan penguatan
dengan membuat kesimpulan secara umum.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Aulia Sanova dengan judul
pembelajaran inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan demostrasi
ditinjau dari gaya belajar dan minat belajar siswa ternyata pembelajaran dengan
metode eksperimen dan demonstrasi ternyata mendapatkan prestasi belajar kimia
pada ranah kognitif dapat ditingkatkan karena metode pembelajaran ini sama-sama
mempermudah siswa untuk memahami konsep pelajaran kimia.
C.
Kerangka berpikir
Perbedaan Pengaruh Strategi Pembelajaran
Inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi terhadap Hasil Belajar IPA. Pengaruh penggunaan model pembelajaran
inkuiri melalui metode eksperimen dan demostrasi pada mata pelajran IPA bertujuan
untuk menjembatani konsep-konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa
memahami konsep-konsep IPA dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penerapannya pendekatan inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi dapat mengaktifkan siswa,
dimana siswa dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki
sebelumnya. Guru tidak menjadi sumber utama dalam belajar tetapi sebagai
fasilisator bagi para siswa dalam mencapai pemahaman konsep.
Strategi berbasis inkuiri
menuntut guru untuk melibatkan siswa melalui inkuiri sedini mungkin. Peran guru
adalah menciptakan suatu masaalah, memberikan respon, membantu siswa dan
memfasilitasi diskusi siswa. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, siswa
terlihat secara mental maupun fisik untuk memecahkan masaalah yang diberikan
guru. Dengan demikian siswa akan terbiasa bersikap ilmiah teliti, tekun/ulet,
objektif/jujur, menghormati pendapat orang lain dan kreatif.
Dalam proses pembelajaran
dengan strategi pembelajaran inkuiri, siswa memperoleh petunjuk-petunjuk
seperlunya. Petunjuk itu pada umumnya berupa pertanyaan yang bersifat
membimbing. Strategi ini terutama bagi mereka yang belum berpenglaman belajar
dengan inkuiri. Pada tahap permulaan diberikan lebih banyak bimbingan, lambat
laun bimbingan itu dikurangi.
Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen
siswa melakukan dan mengetahuai sesuatu yang belum pernah dikenalnya.
Eksperimen yang dilakukan tentunya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Sedangkan metode demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan leh
guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memerhatikan,
akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkrit. Jadi
demostrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran
inkuiri Sanjaya (2009: 150).
Berdasarkan uraian diatas penulis
ingin mengetahui strategi yang lebih beasar kontribusinya dalam meningkatkan
hasil belajar antara metode eksperimen dan demonstrasi pada mata pelajaran IPA
C. Hipotesis penelitian
Berdasarkan permasalahan dan
krangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya serta didukung oleh kajian
teori yang relevan, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Pembelajaran dengan menggunakan strategi
inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar biologi kelas 1X
2.
Pembelajaran dengan menggunakan metode
demonstrasi tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX
3.
Hasil belajar IPA yang diajar dengan metode
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPA yang diajar
dengan menggunakan metode demonstrasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperiman merupakan
kajian eksperimen dan menggunakan analisis dengan bantuan statistik untuk
menguji hipotesis. Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian quasi eksperimen
merupakan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang dapat
diperoleh dari eksperimen berdasarkan perlakuan (treatment) terhadap suatu unit
percobaan dalam batas-batas desain yang ditetapkan pada kelas eksperimen
sehingga diperoleh data yang menggambarkan apa yang diharapkan. Karena
penelitian bersifat eksperimen, maka penelitian ini mencoba untuk meneliti
berapa besarnya pengaruh pembelajaran inkuiri melalui metode eksperimen dan
metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 7
Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu.
B. Tempat dan waktu
penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama
Negeri 7 Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu dengan menyesuaikan jadwal mata
pelajaran IPA. Pemilihan lokasi berdasarkan atas pertimbangan bahwa
karakteristik dan lingkungan sekolah tersebut telah diketahui dan mudah
dimasuki oleh peneliti.
Penelitian ini akan dilaksanakan semester ganjil tahun
pelajaran 2012/2013 dengan tahapan sebagai berikut:
a.Tahapan persiapan
Tahap
persiapan meliputi pengajuan judul, permohonan pembimbing, pembuatan proposal,
seminar proposal dan pengurusan perijinan.
b.Tahap pelaksanaan
Tahap
pelaksanaan meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan meliputi:
penyusunan instrument penelitian, uji coba instrument penelitian, analisis uji
coba instrument, pelaksanaan pengajaran dan pengambilan data penelitian.
c. Tahap penyelesaian
Tahap
penyelesaian meliputi analisis data, konsultasi pembimbing, dan penyusunan
laporan. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1 Jadwal
penelitian
No
|
Waktu
kegiatan
|
Bulan
|
||||||||
April
|
Juli
|
Sept
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Jan
|
Peb
|
Maret
|
||
1
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Penyelesaian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
C.Subjek
Penelitian dan Sampel
Sudjana
(2001:6) mengungkapkan bahwa populasi adalah semua kumpulan yang lengkap dan
jelas dipelajarai sifat-sifatnya sedangkan sampel adalah yang diambil dari
populasi.
1.Subjek
Penelitian
Subjek penelitian adalah seluruh objek yang mempunyai kuantitas
dengan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari. Adapun populasi
penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP
Negeri 7 Kunto Darussalam Kabupaten
Rokan Hulu, yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas 1X A berjumlah 25 orang
siswa dan 1X B 25 orang siswa.
2.
Sampel
Sampel
dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) kelompok yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik hasil belajar dan kebiasaan siswa dalam pembelajaran dengan level
yang sama. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling)
dengan melakukan undian. Tahapan pertama dilakukan untuk melakukan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menulis
nama dan kelas dengan lembar kertas kecil lalu digulung.
b) Memasukkan
gulungan kertas kecil tersebut kedalam kotak undian.
c) Mencabut
dua gulungan kertas undian yang satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu
kelas lagi untuk kelas kontrol.
Dengan melakukan langkah-langkah diatas,
kelas yang terpilih sebagai kelompok eksperimen diajar dengan model inkuiri
melalui metode eksperimen. Sedangkan yang terpilih sebagai kelas control diajar
dengan menggunakan model inkuiri melalui metode demonstrasi.
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan perspsi
terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka disusun defenisi
operasional sebagai berikut:
1.
Pembelajarn dengan model inkiri melalui
metode eksperimen adalah rangkaian kegiatan pembelajaran, dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari.
2.
Pembelajaran dengan model inkuiri
melalui metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi
atau benda tertentu.
3.
Hasil belajar adalah penguasaan
konsep-konsep IPA yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran. Hasil
belajar IPA pada penelitian ini diperoleh dari hasil tes (nilai akhir) yang
diskor berdasarkan kebenaran konsep. Variabel ini disebut variable terikat (Y).
E. Desain Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini meliputi penyajian
pembelajaran strategi inkuiri melalui metode eksperimen dan demonstrasi. Desain
eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk desain Treatmeant By
Blok, yaitu terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Untuk
mengetahui tingkat pengetahuan siswa, dilakukan dengan melaksanakan tes
pengetahuan awal dengan soal objektif sebanyak 20 butir soal. Soal disesuaikan
dengan materi IPA sebelum perlakuan diberikan.
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal, ditentukan
kelompok siswa dengan cara mengurutkan skor tertinggi hingga skor terendah.
Penskoran dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, selanjutnya
ditentukan kelompok atas yaitu 50% dari keseluruhan skor urutan tertinggi dan
kelompok bawah yaitu 50% dari keseluruhan urutan terendah.
Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel .3.2 Desain
Penelitian
Kemampuan Awal
|
Metode eksperimen
|
Metode demonstrasi
|
Eksperimen (B1)
|
Kontrol (B2)
|
|
Tinggi (A1)
|
A1B1
|
A1B2
|
Rendah (A2)
|
A2B1
|
A2B1
|
Keterangan:
A1
|
Kemampuan Awal Tinggi
|
A2
|
Kemampuan Awal Rendah
|
A1B1
|
Hasil
Belajar Melalui Pendekatan Metode Inkuiri dengan Kemampuan Awal Tinngi
|
A1B2
|
Hasil Belajar Melalui Penggunaan
Metode demonstrasi
|
A2B1
|
Hasil Belajar Melalui Pendekatan
Metode eksperimen
|
A2B2
|
Hasil Belajar Melalui Penggunaan
Metode demonstrasi
|
Perlakuan diberikan sebanyak 6 kali pertemuan,
kemudian diadakan tes hasil belajar untuk melihat kemampuan akhir siswa. Untuk
lebih jelasnya desain perlakuan penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel.
3.3 Desain Perlakuan
Kelompok/ kelas
|
Strategi Pembelajaran Inkuiri
|
Kegiatan
|
Eksperimen
|
Metode
eksperimen
|
1. Tes pengetahuan awal
2. Penerapan metode eksperimen:
A. Persiapan eksperimen
(1) menetapkan tujuan-tujuan yang akan
dicapai,
(2) menetapkan alat dan bahan yang
diperlukan,
(3)
menetapkan prosedur kegiatan,
(4) guru harus mengadakan uji coba terlebih
dahulu sehingga dapat diketahui segala kemungkinan yang akan terjadi.
B.
Pelaksanaan kegiatan :
(1)
mengenalkan alat dan bahan eksperimen,
(2)
menyampaikan keselamatan kerja,
(3) menyampaikan langkah-langkah kegiatan
eksperimen,
(4) membagi lembar kerja siswa,
(6)
membibing siswa melakukan eksperimen/merangkai alat,
(7) membimbing siswa berdiskusi didalam
kelompok masing-masing,
(8) salah satu kelompok akan
mempresentasikan hasil diskusi
(9) guru memberikan penguatan dengan membuat
kesimpulan secara umum.
C.
Tes hasil belajar
|
|
Metode
demonstrasi
|
1. Tes pengetahuan awal
2. Penerapan metode demonstrasi:
A. Persiapan:
(1)
menetapkan tujuan yang akan dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi
berakhir,
(2)
membuat garis-garis besar langkah-langkah demostrasi,
(3)
menetapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan serta memeriksa
ketersediaan alat,
(4)
mengadakan uji coba terlebih dahulu sehingga dapat diketahui segala
kemungkinan yang akan terjadi.
B. pelaksanaan kegiatan :
(1)
mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan
dengan jelas apa yang didemonstrasikan,
(2)
menyampaikan tujuan pembelajaran
(3)
menyampaikan tugas-tugas yang akan dilakukan oleh siswa,
(4)
melakukan demontrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk
berfikir, suasana yang menyenangkan, meyakinkan semua siswa mengikuti
jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa, memberikan
kesempatan pada seluruh siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai
dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi
(5)
mengakhiri demostrasi dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada
kaitannya dengan pelaksanaan demontrasi dan proses pencapaian tujuan
pembelajaran.
(6) mendiskusikan
hasil-hasil pengamatan dari data yang diperoleh selama kegiatan dan
memberikan penguatan dengan membuat kesimpulan secara umum.
C.
Tes hasil belajar
|
F. Prosedur Penelitian
I. Tahap Persiapan
a. Perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada
penelitian ini terdiri dari silabus dan sitem penilaian, Rencana Pembelajaran
serta lembar kerja siswa dan hasil belajar yang dirancang oleh peneliti.
1. Silabus dan system penilaian
Silabus
dan system penilaian merupakan acuan bagi guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran. Silabus dan system penilaian disusun berdasarkan prinsip yang
berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut maka
silabus dan system penilaian mata pelajaran IPA dimulai dari identifikasi,
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, indikator, kegiatan
pembelajaran dan penilaian yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrument,
contoh instrument, alokasi waktu dan sumber belajar.
2. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
disusun untuk enam kali pertemuan dan merupakan penjabaran dari silabus.
Skenario pembelajaran merupakan pedoman ataupun langkah-langkah yang
dilaksanakan guru di dalam proses pembelajaran. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran disusun secara sistematis berisi, standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pembelajaran, indicator,
model dan metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang memuat kegiatan awal,
inti, akhir dengan mengacu pada langkah-langkah pembelajaran inkuiri melalui
metode eksperimen dan demonstrasi.
3. LKS memuat
kompetensi dasar, indikator, dan merupakan langkah-langkah kegiatan yang harus
dikerjakan siswa dalam menyelesaikan massalah yang dikembengkan dalam membangun
pengalamannya.
b.
Tes Hasil Belajar
-
Tes kemampuan awal
Tes
kemampuan awal dilakukan diawal sebelum pendekatan model inkuiri melalui
eksperimen dan demosntrasi diberikan. Tes kemampuan awal dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang berisikan soal tentang sains
yang dipelajarinya dikelas IX. Soal yang diberikan berbentuk objektif. Dari
hasil tes tersebut akan terlihat antara siswa yang memiliki pengetahuan awal
tinggi dan rendah, sehingga akan memudahkan untuk melihat hasil pengembangan
siswa setelah dilakukan eksperimen dan demonstrasi.
-
Tes Hasil Belajar
Tes
hasil belajar dilakukan setelah pembelajaran melalui pendekatan inkuiri melalui
metode eksperimen pada materi listrik dinamis. Tes yang diberikan berbentuk
objektif. Tes hasil belajar ini merupakan hasil data yang akan diolah untuk
menjawab hipotesis pada penelitian ini.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pelaksanaan pada kelas eksperimen
Tabel: kegiatan kelas eksperimen
NO
|
Kelas
|
SK/KD
|
Waktu
|
Tanggal pelaksanaan
|
1
|
IX
....
|
3.2
Menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
|
6
jp
|
|
2
|
|
3.3
Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
|
6
jp
|
|
3
|
|
|
|
|
Pada
kelas eksperimen, kegiatan dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
inkuiri dengan metode eksperimen dengan
langkah-langkah:
1. Kegiatan
awal
Guru membuka pembelajaran dengan
memberikan penjelasan tentang tujuan dan materi pembelajaran yang akan
dipelajari dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan yang berhubungan dengan
materi dan menjelaskan konsep dasar materi yang akan diajarkan.
2. Kegiatan
inti
Dalam kegiatan inti terdapat
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Siswa
dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4 -5 orang satu kelompok
b. Guru
membagi-bagikan LKS pada masing-masing kelompok
c. Mengenalkan
alat dan bahan yang diperlukan serta menjelaskan cara kerja LKS
d. Masing-masing
kelompok melakukan percobaan sesuai dengan prosedur LKS
e. Guru
membimbing siswa dalam melakukan eksperimen
f. Masing-masing
kelompok mendiskusikan hasil pengamatannya
g. Salah
satu kelompok mempresentasikan hasil eksperimen didepan kelas dan kelompok lain
menanggapinya.
h. Guru
meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari hasil percobaan
i.
Guru memberikan penjelasan jika jawaban
siswa belum tepat
3.Kegiatan
Penutup
a.Guru
membimbing siswa membuat rangkuman
b.Guru memberikan kuis
b. Pelaksanaan pada kelas Kontrol
Tabel: kegiatan kelas kontrol
NO
|
Kelas
|
SK/KD
|
Waktu
|
Tanggal pelaksanaan
|
1
|
IX
....
|
3.2
Menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
|
6
jp
|
|
2
|
|
3.3
Mendeskripsikan prinsip kerja elemen dan arus listrik yang ditimbulkannya
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
|
6
jp
|
|
3
|
|
|
|
|
Pada
kelas kontrol, kegiatan dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri
dengan metode demonstrasi dengan
langkah-langkah:
1.
Pendahuluan
Guru
membuka pembelajaran dengan memberikan penjelasan tentang tujuan dan materi
pembelajaran yang akan dipelajari dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung. Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan yang
berhubungan dengan materi dan menjelaskan konsep dasar materi yang akan
diajarkan.
2.
Kegiatan Inti
a. Siswa
dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4 -5 orang satu kelompok
b. mengatur
tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa
yang didemonstrasikan,
c. Guru
membagi-bagikan LKS pada masing-masing kelompok
d. menyampaikan
tugas-tugas yang akan dilakukan oleh siswa,
e. melakukan demontrasi dengan kegiatan-kegiatan
yang merangsang siswa untuk berfikir, suasana yang menyenangkan, meyakinkan
semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan meperhatikan reaksi seluruh
siswa, memberikan kesempatan pada seluruh siswa untuk secara aktif memikirkan
lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi
f. mengakhiri demostrasi dengan memberikan
tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demontrasi dan
proses pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan LKS.
g. Masing-masing
kelompok mendiskusikan tugas-tugas yang diberikan.
h. Salah
satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain memberikan
tanggapan.
i.
Guru meminta siswa untuk memberikan
kesimpulan dari hasil demostrasi
j.
Guru memberikan penjelasan jika jawaban
siswa belum tepat
3.Kegiatan
Penutup
a.Guru
membimbing siswa membuat rangkuman
b.Guru memberikan kuis
G.Pengembangan Instrumen
Instrumen
penelitian hasil belajar adalah tes materi pelajaran IPA tes tersebut dibuat
oleh peneliti yaitu berupa tes obkektif pilihan ganda. Data tersebut berskala 0
– 100. Dalam hal ini siswa yang menjawab semua soal salah dalam tes memperoleh
skor 0 (nol), dan siswa yang menjawab semua soal dengan benar memperoleh skor
100.
a) Validitas
(1) Validitas
butir soal
Validitas butir soal digunakan
untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji
validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang digunakan
dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang
tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besarterhadap skor total.
Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk
mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.
Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment
pearson.
Rxy =
Arikunto 2008 :75)
Keterangan:
Rxy : Koefisen korelasi antara variable X
dan variable Y, dua variable yang dikrelasikan.
X : Skor item
Y : Skor soal
N : Jumlah siswa
Interpretasi untuk besarnya koefisen korelasi
adalah sebagai berikut:
Tabel.3.4 Kategori Validitas Butir Soal
No
|
Indeks Kesukaran
|
Klasifikasi
|
1
|
0,00 < rxy
≤ 0,20
|
Sangat rendah
|
2
|
0,20 < rxy
≤ 0,40
|
Rendah
|
3
|
0,40 < rxy
≤ 0,60
|
Sedang
|
4
|
0,60 < rxy
≤ 0,80
|
Tinggi
|
5
|
0,80 < rxy
≤ 1,00
|
Sangat tinggi
|
Kemudian untuk menentukan signifikansi korelasi
dilakukan uji – t dengan rumus: t = rxy
(Sudjana, 1992: 380)
Keterangan:
t : daya pembeda
uji t
N : Jumlah siswa
Rxy : Koefisen korelasi
(2) Indeks
Kesukaran
Analisis indeks kesukaran bertujan untuk melihat apkah suatu
soal mudah atau sukar. Indeks kesukaran diberi symbol P (proporsi). Menurut
Suharsimi Arikunto (2008: 208) dihitung dengan rumus sebagai berikut:
P =
Keterangan:
P : Indeks Kesukaran
B : Jumlah siswa yang menjawab
soal benar
Js : Jumlah seluruh siswa
peserta tes
Tabel : 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
No
|
Indeks Kesukaran
|
Klasifikasi
|
1
|
0,00 < P ≤ 0,30
|
Sukar
|
2
|
0,30 < P ≤ 0,70
|
Sedang
|
3
|
0,70 < P ≤ 1,00
|
Mudah
|
(Arikunto,
2009 : 218)
(3) Daya Pembeda
Analisis daya, bertujuan untuk
melihat kemampuan soal pembedaan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi
dan siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus yang digunakan untuk menentukan
daya beda adalah:
D
=
-
=
PA - PB (Suharsimi Ari Kunto, 2008
: 213)
Keterangan:
D = daya pembeda
BA = Jumlah kelompok
atas yang menjawab benar
BB = Jumlah kelompok
bawah yang menjawab benar
JA = Jumlah kelompok
atas
JB = Jumlah peserta
kelompok bawah
PA = Proporsi kelompok
atas yang menjawab benar
PB = Proporsi kelompok
bawah yang menjawab benar
Kategori daya pembeda
adalah sebagai berikut:
Tabel: 3.6 Klasifikasi Indeks Daya Beda Soal
No
|
Indeks Kesukaran
|
Klasifikasi
|
1
|
0,00 < D ≤ 0,19
|
Kurang baik
|
2
|
0,20 < D ≤ 0,29
|
Sedang
|
3
|
0,30 < D ≤ 0,39
|
Cukup baik
|
4
|
D ≤ 0,40
|
Sangat Baik
|
Untuk
menentukan daya beda soal tes, dilakukan pembagian kelompok atas yang merupakan
kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan kelompok bawah pesera tes
yang berkemampuan rendah. Kemampuan tinggi ditunjukkan dengan perolehan skor yang tinggi dan kemampuan
rendah ditunjukkan dengan skor yang rendah. Indeks daya beda didefinisikan
sebagi selisih antar proporsi jawaban benar kelompok atas dengan proporsi
jawaban benar kelompok bawah (Crocker dan algina 1986 dalam Sumarna
Surapranata, 2004, 23-24). Pembagian kelompok dapat dilakukan dengan bermacam
metode tergantung keperluannya. Menurut Kelly 1939 dan Algina 1986 dalam Sumarna
surpranata (2004:24) yang palingstabil dan sensitive banyak digunakan adalah
dengan menentukan 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah.
b. Reliabilitas
Arikunto
(2009 : 60) menjelaskan bahwa tes dapat dipercaya jika memberikan hasil yang
tetap apabila diteskan berulangkali. Reabilitas tes, berhubungan dengan
ketepatan instrument tes (alat penilaian) dalam menilai apa yang dinilainya.
Artinya, kapanpun alat penilaian itu digunakan akan memberikan hasil yang
relative sama. Reabilitas tes yang akan dicari adalah reabilitas dari butir
soal uji coba yang telah memenuhi syarat indeks kesukaran dan daya beda. Untuk
mencari reabilitas tes digunakan rumus Richharson (KR- 20)
Rn
= (
(Si2- ∑pq)/Si2
Keterangan:
ra = Reabilitas tes
k = Banyaknya butir soal
P = Proporsi siswa menjawab benar
q = proporsi siswa yang menjawab salah
Si2 = Varian skor total
Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut
Suharsimi Arikunto adalah sebagai berikut:
Tabel. 3.7
No
|
Indeks Kesukaran
|
Klasifikasi
|
1
|
0,00 < ra ≤ 0,20
|
Sangat Rendah
|
2
|
0,20 < ra ≤ 0,40
|
Rendah
|
3
|
0,40 < ra ≤ 0,60
|
Sedang
|
4
|
0,60 < ra ≤ 0,80
|
Tinggi
|
5
|
0,80 < ra ≤ 1,00
|
Sangat Tinggi
|
G. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan
lembar pengamatan dan hasil belajar IPA.
Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran untuk setiap pertemuan dengan mengisi lemar pengamatan yang telah
disediakan. Data tentang hasil belajar IPA siswa setelah proses pembelajaran
diperoleh dengan mengumpulkan skor yang diperoleh siswa melalui tagihan yang
telah direncanakan pada silabus.
H. Teknik Analisis Data
Analisis
data pada penelitian ini terdiri dari analisis data infrensial, yang digunakan
untuk menguji hipotesis. Pengujian hipotesis digunakan untuk untuk mengolah
data berupa angka sehingga dapat ditarik kesimpulan logis.
Untuk
menguji hipotesis digunakan analisis varian (Anava) dua jalur dengan dua
variable bebas yaitu metode pembelajaran, satu variabel terikat yaitu hasil
belajar.
Untuk
menguji hipotesis 1 dan 2 dapat dianalisis dengan menggunakan statistik uji
perbedaan rata-rata dengan menggunakan rumus Anava, baik data tes pengetahuan
awal maupun data hasil belajar.
Menguji
Kesamaan Dua Varians: rxy =
Keterangan
:
Rxy = koefisen korelasi Produk moment
N =
Jumlah individu dalam sampel
X
= Hasil belajar metode eksperimen
Y =
Hasil belajar metode demonstrasi
Pengujian
ini dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung yang diperoleh dari t tabel
yang diketahui dari tabel distribusi – t, pada taraf signifikasi yang dipilih.
Kriteria pengujian ini adalah Ho diterima, jika t hitung yang diperoleh lebih
kecil dari t tabel artinya perbedaan yang terjadi tidak signifikan, dan jika t
hitung yang diperoleh lebih besar dari t tabel artinya perbedaan yang
signifikan maka Ho ditolak.
DAFTAR RUJUKAN
Djamarah, Aswan Zain, (2006), Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta:
Jakarta
Hamalik, Omar (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:
Bumi aksara
Sanjaya, (2009), Starategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Sardiman, (2007), Interaksi dan Motivasi Belajar, Raja Grafindo Persada: Jakarta
Supri Jono, agus, (2010), Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi
PIKEM, Surabaya: Pustaka Pelajar.
Sagala, Syaiful, (2010), Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk
membantu memecahkan problema belajar dan mengajar, Bandung: Penerbit Afabeta.
Suharsimi Arikunto, (2003: 372), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Sujana, (2001: 6), Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja rosda Karya
Paul Suparno, (2001), Teori
Perkembangan Kognitif, Jean Piaget. Yogyakarta: Penerbit kanisus.
Rostiyah, (2006), Masalah-masalah Keguruan, bina Aksara: Jakarta
Nuriani, (2005), Strategi Pembelajaran
Biologi: Universitas malang
Uno, Hamzah B, (2006), Perencanaan
Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Trianto, (2011), Model-model Pembelajaran Inovatif, Jakarta: